5 Jun 2008

Rujak........Mang!!


Sinar mentari masih terasa sangat panas (kayaknya), soalnya hari ini aku tetep masih didalam ruangan jadi hanya mengkira-kira suasana.

Masih duduk dibalik meja kerja, melototin monitor yang dari kemaren masih tetep seperti itu ( ya iya lah, mosok monitor isinya macan....... emange bonbin hehehehe). Suasana agak sepi karena tak terdengar suara klien yang teriak-teriak, sayup-sayup bunyi tuk tuk tuk...... berirama, seperti suara perkusi tanpa rupa, seperti nyanyian pohon bambu, eh salah seperti nyanyian jaman dulu, tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk ......suara sepatu kuda.

Selidik punya selidik, ternyata mata elangnya bakabon menangkap sebuah peristiwa yang sangat mengejutkan, lebih heboh dari protes kenaikan BBM, lebih panas dari gentingnya FPI dengan aparat, lebih surprise dari sambutan sang idola ato lebih tepatnya, lebih menarik ketimbang topeng monyet. Dia lah si tukang " RUJAK TUMBUK ", jangan salah mengerti kenapa saya lebih tertarik dengan peristiwa seperti ini, coba bayangkan..... lelaki tua setengah renta, dengan baju rapi, dengan gerobak yang bersih, buah segar yg komplit, cara penyajian yg sangat sopan, mampu menahan lelah mesti hari ini dia harus rela berkeliling hingga malam mendera. Sayangnya saya hanya menatapnya dari balik kaca, sedangkan sepasang muda-mudi tengah menanti pesanannya sembari duduk di beranda tempat kerjaku, seakan saya terhipnotis sampai2 saya lupa bahwa moment tidak boleh terlewatkan.

Coba kalo lelaki si "Rujak Tumbuk Maker" itu pergi berdemo, menuntut hak pada "batu-batu" negara,
Coba kalo lelaki setengah renta itu ikut ramai-ramai membela si "Buncit", berorasi "ngalor ngidul" tanpa tau maksudnya,
Coba kalo si sopan ini ikut menjilat pantat koruptor, menyikut kawan main, ato ikut menyogok panitia CPNS, mungkin hari ini saya tidak dapat mengambil gambarnya dan menuliskan kisahnya kepada Anda.

Saya menyimpulkan bahwa dia tidak peduli ato tepatnya malas memusingkan masalah negara yg gak ada beresnya, dia tetap mau menerima apapun yang dilakukan pemerintah terhadap dirinya, bahkan perlakuan yang tidak manusiawi sekalipun, karena dia tau ( Untuk apa saya ikut resah, siapa yg mendengar keresahan saya, sedangkan orang pintar saja banyak yg dibunuh, apalagi saya yang bodoh ). Sebenarnya dia lebih bijaksana dari para tokoh yang sebenarnya adalah aktor, aktor apa saja, aktor tipu2, aktor kecoak, aktor tikus got, de es be.

Begitu cepatnya dia memberesi semua peralatannya, seakan enggan menyadarkan saya dari lamunan, seakan merasa takut dimarahin karena markir gerobaknya sembarangan diantara kendaraan klien. "Tidak pak..... tidak" seakan saya berseru dalam hati, kita semua sama, bayi yg terlahir dan pembuat segala kesalahan di hari tua. Tersadar dia hendak melanjutkan langkah kakinya, dengan tidak cekatan aku ambil kamera seadanya, webcam-pun tak masalah............... sayang karena asal jepret.. yah hasilnya begini, tapi gak apa2, itu sudah cukup memberikan gambaran sisi lain kehidupan. Tidak mengenal lelah dan mengeluh, tidak serakah dan menerima keadaan, belum tentu nanti kalo saya tua bisa se-menerima keadaan seperti dia.

Terima kasih tukang rujak, karena telah memberikan pelajaran yang tidak disengaja, telah memberikan bahan postingan disaat otak saya malas mencari sumber berita.

" Mang pesen rujaknya 1 yah, jangan terlampau pedas mang yah. Matur nuwun mang ".

Tidak ada komentar: